SENYUM TERAKHIR
Karya Yetie Nur Sabrina
Aku menatapnya begitu lekat. Bola matanya yang berwarna hitam pekat memancarkan kemarahan yang begitu hebat. Sikapnya yang hangat dan lembut seketika berubah menjadi monster menyeramkan yang siap menerka mangsanya. Begitulah sikap ray. Disaat aku menolak untuk mengikuti kata-katanya, sikapnya berubah 180 derajat. Aku tak habis pikir, kenapa Allah menciptakan orang seperti dia. Begitu posesif dan egois. Otoriter, bersikap semaunya, dan selalu memaksakan kehendaknya. Jika aku terus ikuti kemauannya,lalu bagaimana dengan aku???. Come on...bukankah ini adalah hidupku.Aku yang berhak untuk melakukan apapun sesuai dengan keinginanku. Lalu bagaimana dengan cinta ku bila aku tak melakukan kemauannya???. Tapi ...bukankah cinta tak seperti ini?
Kali ini aku menolak keinginan ray yang memintaku untuk keluar dari jurusan sastra. Alasannya hanya karena ada vito, cinta pertamaku yang kini berada satu jurusan denganku.
|
Senyum Terakhir |
Hhhh... bukankah ini alasan yang tak logis. Lalu bagaimana dengan mimpi ku jika aku harus pindah jurusan? Aku harus meninggalkan mimpiku untuk jadi penulis hebat hanya karna cinta???.
“ aku gak bisa, ini adalah mimpi ku...” ujar ku
“ Cuma demi mimpi kamu rela kita bertengkar, belum tentu mimpi kamu akan terwujud kan??? “ujarnya dengan nada tinggi.
Aku tercengang mendengar ucapannya.Hhh..seperti itukah dia?? Sungguh sulit ku percaya.
“ kamu gak berhak atur-atur aku, ini hidupku. Dan kamu bukan siapa-siapa yang bisa seenaknya membuang mimpi-mimpi ku...!!!” seru ku penuh emosi seraya pergi meninggalkannya. Aku sama sekali tak perduli dengan seruannya yang meminta aku untuk kembali kehadapannya. Aku berlari dan terus berlari sambil sesekali menyeka air mata yang membasahi kedua pipi ku. Tak pernah ku sangka bahwa dia seperti itu, begitu menganggap enteng mimpi ku. Mimpi yang slalu aku idam-idamkan selama ini. Dan dengan mudahnya dia berusaha untuk menghancurkan mimpi ku. Sungguh...aku tak dapat menerima semua ini.
***
Setiba di dalam kamar, ku hempaskan tubuh mungilku ke atas tempat tidur ku. Sangat lelah sekali. Lelah jiwa dan raga. Ku buka ponsel ku, terlihat 25 miscall dan 65 sms dari ray. Aku sama sekali tak mau untuk membaca pesan ataupun mengangkat telepon dari nya. Kali ini kesabaran ku sudah benar-benar habis. Menghadapi sikapnya yang posesif membuat aku muak.
“ Kehilangan mimpi ku hanya demi cinta,hhh...memang loe fikir loe siapa?” umpat ku dengan kesal.
Ku pejamkan kedua mata ku, mencoba untuk melupakan semuanya. Namun tak berhasil. Sial, kenapa dia terus ada di pikiranku?. Tak lama terdengar suara seseorang mengetuk pintu kamar ku.
“ Siapa?” tanya ku setengah berteriak.
“ ini kaka,ada ray tuh diluar...” ujar kak sofie memberitahu,
“ Suruh pulang aja kak, aku lagi gak mau ketemu dia.” Kata ku.
“ Ayo temuin dulu sebentar...” bujuk kak sofie
“ gak mauuuuuuuuuuuuuuu....” seru ku.
“ ya udah kalo gitu.” Ujar kak sofie menyerah.
Tak terdengar lagi suara kak sofie. Mungkin dia sedang bicara dengan Mr. Posesif itu.
“ aku gak mau ketemu dia. Jangankan ketemu,membayangkan mukanya aja gak sudi.” Gerutu ku dalam hati.
“ daripada mikirin Mr. Posesif itu lebih baik aku tidur.” Fikirku seraya menarik selimut.
***
“ Bella..!!” seru vito saat kami berpapasan di perpustakaan kampus.
“ hai..kamu disini juga?” ujarku basa basi.
“ iya, biasa...cari inspirasi lewat buku-buku best seller.” Katanya
“ owh...” aku mengangguk pelan.
“ ikut aku yuk..” ajak vito
“ kemana?” tanyaku
Vito menarik tangan ku. Setelah membayar sewa buku yang dipinjamnya, ia membawa ku ke sebuah kafe yang letaknya tak jauh dari kampus ku.
“ ngapain kamu bawa aku kesini..?” tanya ku heran.
Vito masih asyik mengaduk-aduk cappucino yang ada di hadapannya.
“ mau ngobrol aja sama kamu.” Ucapnya santai.
Vito tak banyak berubah. Masih tetap seperti vito yang ku kenal saat 3 tahun lalu.
“ gak sopan.” Ujar ku ketus.
“ loh..kenapa?” ekspresi wajah vito berubah.
“ harusnya kalo mau ngajak orang ke suatu tempat itu tanya dulu donk,lagi sibuk atau enggak,mau ada acara lagi atau engga.jangan asal tarik aja.” Kataku
“ hehe..maaf deh, abisnya tiap mau ngobrol sama kamu gak bisa terus.” Katanya kesal.
“ kenapa?” tanyaku bingung.
“ ya iyalah, gimana bisa ngobrol kalo tiap hari kamu dibuntutin terus sama bodyanguard kamu.”
“ hihihi...iya juga sih.”kataku sambil tertawa kecil.
“ gimana keadaan kamu sekarang?” tanyanya.suasana mulai serius.
“ not fine.kamu?” tanya ku balik seraya menghembuskan nafas.
“ baik banget. Gimana pun keadaannya akan selalu baik donk.” Katanya ceria.
“ bagus donk.” Kata ku.
“ nih...” vito menyerahkan sebuah novel padaku.
“ My first love..” yups itulah judul novel yang diberikan vito padaku. Seketika aku tercengang saat melihat nama “ Vito Andrean” tertera sebagai penulis novel tersebut.
“ Apa ini sungguhan..?” tanyaku tak percaya. Vito tersenyum kecil.
“ Aku buat novel ini khusus untuk kamu, dan aku sengaja hanya mencetak novel ini 2 buah, untuk kamu dan aku. Supaya kamu tau bahwa kamu begitu berarti buat aku. Dan aku mau novel ini menjadi hadiah yang paling special dibandingkan hadiah yang lain yang pernah kamu terima. “
Aku menatapnya dalam. Kenapa harus vito? Dan kenapa bukan ray yang bersikap seperti ini…?
“ maksud ucapan kamu apa?” tanyaku tak mengerti.
“ setelah kamu baca novel ini, kamu pasti akan mengerti.” Ujarnya.
Aku masih diam seribu bahasa. Tak tahu apa yang harus aku ucapkan. Karena kejadian hari ini sungguh membuat aku terkejut.
***
Sejak kejadian itu, aku tak pernah melihat ray dikampus. Bahkan dia pun tak pernah sms atau telepon aku lagi.
“ Hhhh…bagus deh.” pikirku lega.
Tapi…gimana kalo dia sakit??? atau…terjadi sesuatu yang tak diinginkan???
Aku mulai khawatir. Tapi rasa kecewa ku padanya belum bisa terlupakan.
“ Hhhhh….terserah deh, mau sakit atau nggak aku nggak perduli. Toh…dia juga sama sekali nggak perduli dengan impianku.” gumamku.
Tiba – tiba saja aku teringat pada novel yang diberikan vito padaku kemarin. Ceritanya begitu mengharukan. Aku baru mengerti sekarang, meskipun semasa SMA dulu sikapnya selalu dingin padaku tapi ternyata ia menyimpan perasaan cinta yang begitu besar padaku. Dan sampai saat ini, perasaannya pun masih tetap sama.
Lalu …kenapa dia tidak pernah menyatakan perasaannya terhadapku?
Ahh…entahlah. Mungkin dia memiliki alasan yang tak ku ketahui.
Sambil menunggu jadwal kelas selanjutnya. Aku duduk di taman kampus sambil sesekali melemparkan pandanganku kearah koridor kampus. Biasanya…tiap hari ray memperhatikan semua aktivitasku sambil berdiri ditempat itu. Tapi…sudah seminggu ini dia tak tampak. Apa benar terjadi sesuatu padanya..??? hatiku mulai resah.
“ bell…” panggil reza yang kini duduk disampingku.
Aku mengalihkan perhatian ku padanya.
“ kenapa?” tanyaku.
“ ray mau ketemu sama loe.” Katanya. Aku terdiam sejenak.
“ gue…”
“ please bell, buat yang terakhir.” Ujarnya lagi memotong ucapanku.
“ yang terakhir…maksud loe?” aku mulai khawatir.
“ray bilang setelah pertemuan hari ini, dy gak akan ganggu loe lagi.”
“okey.dimana?”
“di rumah sakit Harapan Kita.. “
“apa?Rumah sakit…!”aku tercengang.
“iy bell..udah beberapa hari nie ray di rawat di rumah sakit.”
“tapi knp?bukannya Selama ini dia baik-baik aja?” tanyaku tak percaya
“leukemia akut.ray mengidap penyakit ini sejak kecil dan dia menolak untuk melakukan operasi pencangkokan sumsum tulang belakang. Dia gak mau merepotkan orang lain. Yang dia mau saat ini loe,bell.”ujar reza menjelaskan.
Yaa Allah..apakah semua ini nyata? Mendengar penjelasan reza tubuh ku terasa lemas dan tempurung lutut ku terasa copot hingga tak mampu lagi untuk melangkah. Reza menuntun ku masuk kesebuah ruang isolasi. Ku lihat ray terkujur kaku tak berdaya di atas ranjang dengan dibalut selang infuse dan tabung oksigen. Aku berjalan mendekat ke arahnya. Wajahnya terlihat pucat,tubuhnya begitu kurus dan lemah. Sungguh sulit ku percaya. Benarkah ini ray?cowo angkuh dan posesif yang selama ini terlihat kuat kini hanya bisa terbaring lemah tak berdaya. Butiran Kristal bening tak berhenti berhamburan dari sudut mata ku. Bibirku bergetar. ku ambil tangannya yang lemah lalu ku genggam erat. Matanya terlihat sayu,ray tersenyum kecil pada ku.
“lla..”ujarnya.ya masih seperti biasa. Dia memanggil ku dengan panggilan kesayangannya.
“ya..”ku seka air mataku.
“aku sayank sama kamu..”ujarnya lirih.
“jangan tinggalin aku lagi..” lanjutnya. Aku mengangguk pelan..tak mampu ku bendung air mata ku.
“maafin aku ray, seharusnya aku gak bersikap seperti kemarin.seharusnya aku terus ada disamping kamu buat jagain kamu, seharusnya aku gak pergi tinggalin kamu, seharusnya…” aku tak mampu melanjutkan kata-kata ku.
“lla.. aku gmw liat kamu nangis.aku yang salah karna terlalu mengekang kamu.maafin aku yah..?”ujarnya terbata-bata.
“aku udah maafin kamu,,tapi kamu harus janji gak akan tinggalin aku..”
Ya.. aku janji, dimana pun aku berada hati ku tetap selalu ada untuk kamu, dan jiwa ku gak akan pernah pergi meninggalkan kamu…”katanya pelan.
“lla.. aku mau kamu tetap disini, temani aku tidur dan ceritakan semua tentang kita..”pinta nya.
“ya..aku akan tetap ada disamping kamu.. aku gak akan pernah tinggalin kamu lagi.” Aku memeluk tubuh ray yang kini tak berdaya.semuanya seakan hilang. Kemarin kamu begitu kuat disaat memeluk tubuhku??kemarin kamu begitu selfish hingga membuat aku muak? Aku genggam erat tangan kanannya. Dia tersenyum kcil pada ku. Senyum terakhir yang tak kan lagi bisa ku lihat. Karna setalah dia memejamkan matanya, kondisinya kembali kritis… reza bergegas memanggil dokter. Dan aku tak kuasa untuk melihat semua ini. Ray.. beginikah akhir kisah cinta kita…??.
***
Cuaca begitu mendung. Awan terlihat hitam dan mulai turun rintik hujan membasahi bumi. Bumi pun seakan ikut menangisi kepergian ray. Setelah acara pemakaman selesai, vito memberiku sepucuk surat yang ray titipkan untukku. Dengan mata sembab dan tangan bergetar aku mulai membuka surat itu.
Dear Bella…
lla…taukah kamu,hidupku tak pernah berarti bila tak ada kamu disampingku. Karna hanya kamu yang selalu memberikanku perhatian dan kasih sayang yang tak pernah aku dapatkan dari orang lain, sekalipun dari orang tuaku.
Vito…dia yang telah merebut semuanya. Aku begitu membencinya karna dia tlah menghancurkan hidupku.
Papa ku menikahi mamanya saat aku berusia 6 tahun. Dan mamaku…dia lebih memilih mengakhiri hidupnya karna tak kuasa melihat perlakuan papa. Sejak kepergian mama aku begitu sedih karna tak ada lagi yang memberikanku kasih sayang yang seharusnya masih aku dapatkan dari orang tuaku.
Sampai suatu hari aku bertemu kamu, yang begitu amat menyayangiku. Aku tak pernah mau kehilangan kebahagiaanku lagi sampai akhirnya aku harus bersikap posesif sama kamu. Aku lakukan smua itu karna aku takut kehilangan kamu. Tapi ternyata…takdir berkata lain. Walau bagaimanapun aku pasti kehilangan kamu. Karena hidupku begitu terbatas. Aku sangat benci dengan semua ini. Aku benci papa yang telah menyakiti mama. Aku benci mama yang telah meninggalkan ku sendiri. Aku benci vito yang telah merenggut kebahagiaanku. Dan aku benci Tuhan karna dia memberikanku hidup yang begitu singkat dan memaksaku untuk kehilangan kamu. Hanya 1 orang yang aku sayangi di dunia ini, yaitu kamu.
Meski kini aku harus melepaskanmu, tapi aku bahagia karna sempat memilikimu. Aku ingin kamu bahagia bersama vito. Cinta pertama yang tidak pernah kamu dapatkan selama ini hanya karna aku.
3 kata terakhir yang aku ucapkan untuk kamu..” aku cinta kamu “..
Aku yang slalu mencintaimu…
Rayy…
Aku menangis sejadi-jadinya saat membaca surat dari ray. Tak pernah ku sangka bahwa hidupnya begitu sulit dan menyedihkan. Vito mencoba menenangkanku. Vito merengkuh tubuh mungilku dengan lembut,dan aku menangis dalam pelukannya.
“ maafkan aku ray,aku percaya meski smua ini begitu tidak adil untuk mu,tapi Tuhan punya rencana indah yang telah dia siapkan untukmu.maaf…karna aku tidak bisa lagi ada disampingmu.tapi aku ingin kamu tau..meski kamu tidak mampu lagi memiliki ragaku..tapi tetap memiliki hatiku..”
Surat terakhir ini akan ku simpan slalu..dan namamu akan tetap berada dihatiku dan senyum terakhir yang kamu berikan untukku akan selalu berada dalam benakku.
“ aku sayang kamu ray…” ujarku sambil terisak.
Kini aku mengerti,kenapa vito tak pernah menyatakan perasaannya padaku,semua itu karna dia dan ray adalah saudara tiri.meskipun ray begitu membenci vito.tapi vito mencoba mengalah dan menyimpan perasaannya padaku selama bertahun-tahun.
Kini … meski ray telah mengizinkan kami untuk bersama,tapi hatiku belum mampu untuk menerima kepergian ray.dan sampai saat ini bayangan wajahnya masih selalu mengikuti setiap langkahku.
The End
PROFIL PENULIS
Nama : Yetie Nur Sabrina
Usia :21 tahun
Tempat Tinggal : Bogor
Alamat Facebook :manizztyety@yahoo.co.id