New Story - Cerpen Remaja

NEW STORY
Karya Agatha Onnasandevi Ratuwangi

“Ayo buruan Saka,” aku menarik tangannya setelah keluar dari kelas meuju tangga di depan kantor. Dari sini, kita dapat melihat apapun. Maksudnya, melihat aktivitas teman-teman sekolahku yang berlalu-lalang kesana-kemari. Termasuk ini. Yang aku lakukan adalah melihat ‘dia’ pulang dengan sepedanya.
“Haaiss,” kata Sakata Sina. Sahabat karib aku deh. Dan dijamin Protect secret banget. Aku benar-benar menyayanginya.

Aku tak sabar menunggunya lewat. Dia itu tidak seperti yang kalian bayangkan. Dia yang super ganteng, enggak. Cuman aku yang bilang dia ganteng. Nggak populer kok. Nggak kapten basket.nggak ada bakat super star buat dia bagi cewek-cewek lain, selain aku. Dia, Jonansha Air. Aneh kan? Memang nama paling aneh yang pernah aku dengar. Tapi, nggak ada masalah kok tentang itu. Tapi juga, aku suka kata-kata ‘Air’-nya. Istilah buat aku adalah, My Oxigen. Panggil saja dia Jo. Kalau tak mau panjang lebar aku ceritain tentang dia, intinya, dia segalanya buat aku, segalanya aku tau tentang dia, segalanya buat dia, segala-galanya deh.
“Tiraaaa!!”
New Story

Astaga! Aku terbangun dari lamunanku karna teriakan Saka. Dasar!
“Apaan sih? Biasa aja kali,” kataku hampir emosi.
“Ah, udah deh, nggak usah alay, yuk,”balasnya.
“Haa? Yuk kemana?”
“Pulang dong. Kemana lagi?” dia berdiri dan bersiap pergi.
“Bentar! Sebentar!! Dia belum lewat Saka-kuu..” sambil berdiri dan memberhentikan langkahnya. Dan tersenyum manis memandang parkiran sepeda sekolah.
“Dia sudah pulang enam menit lebih dua puluh tujuh menit yang lalu,” katanya dengan santai. Duuerr !! duueerr!! Cethar beud kalau ini.
“Apaaa!!?? Kenapa nggak manggil aku ??” aku frustasi dan tubuhku lemas seketika. Aku jatuh di aspal sekolah.
“Kamu aja, wong aku sudah beribu-ribu kali mencoba mendobrak lamunanmu untuk melihat ‘Air’-mu itu, yang salah itu, telingamu tauu..” ejeknya.

Bego banget sih aku, batin diriku. Aku masih terduduk di aspal dan mendongkakkan kepalaku untuk melihat Saka. Yah, dia hanya menatapku dengan pandangan aneh dan dia juga membiarkanku tetap duduk di sini.
“Apa?” katanya.
“....” aku bergeming. Tung-! Tungguu!! Malah pergi, gumamku yang kesusahan berdiri dengan tas yang super berat. Aku mengejarnya pulang.
***

Setelah satu minggu. Aku tetap seperti biasanya. Pulang sekolah selalu melihatnya lewat. Setiap tiga jam pelajaran selalu ijin untuk pergi ke toilet. Tetapi, itu hanya alasanku saja untuk melihat kakak kelasku Jo, saat ia sedang mengikuti pelajaran.
“Saka?”
“Hmm..”
“Sakaa..?”
“Hemmmmm..??”
“Ah, Saka gitu deh sekarang,”
“Apaan sih? Alay deh,” katanya sebal. Aku hanya manyun tak menghiraukan balasannya.
“Tira??” aku menoleh pada Saka dengan sinis dari tempat dudukku.
“Eeee.. awas aja,” sambil mengacungkan jarinya kearahku.
“Enggak kok, gini, besok lusa kan ada festival sekolah tuh,” Saka mengangguk-anggukkan kepalanya mendengarkanku sembari mengerjakan tugasnya.
“­­Kamu dateng nggak? Dateng yaa.. aku mau nonton Jo nge-band,.. ya ya yaa..??” lanjutku. Ia tak menggubris kata-kataku.
“Saka? Ya? Sekali ini aja,” aku tersenyum memohon padanya.
“ini udah berkali-kali tau,”
“Terserah deh, tapi, dateng ya? Aku jemput kok,” meringis.
***

Sembari makan di kantin bersama teman-temannya, Jonansha dan komplotan bandnya sedang membicarakan tentang aksinya besok lusa di acara festival sekolah.
“Udah beres kan?” tanya Billi pada Jo.
“Udah.” Dengan anggukan kepala.
“Ok, kalau gitu, kita pulang dulu ya,” kata Billi yang beranjak pulang.
“Ok, ok” balas Jo.

Aku Jonansha Air, panggil saja aku Jo. Aku anak band sekolah dan aku selalu naik sepeda. Aku ceritain sesuatu ke kalian. Dari setahun terakhir, setiap aku pulang sekolah selalu ada cewek yang melihat aku bersepeda untuk pulang. Kalau nggak salah namanya, Tiranara Embun kelas X. Jadi itu berarti dia adik kelasku. Kemarin aku juga mergokin dia melihatku pulang. Rasanya aneh.
“Ok semuanya, tadi gila keren banget,” kata Billi sambil tersenyum penuh arti.
“Iya, aku juga suka tampilan kita yang kali ini,” tambah Raka yang men-handle­ drum.
Aku hanya mengagguk-anggukkan kepalau seperti orang bodoh. Pikiranku tadi hanya tertuju pada satu orang. Dang orang itu udah nggak asing dikepalaku.
“Heh! Bengong aja daritadi,” kata Billi mengagetkanku.
“Nggak apa kok,” lalu aku menyelonong pergi.
***

Tadi benar-benar seperti mimpi. Batinku.
“Tira?” panggil Saka. Kita sedang makan di stand festival. Aku hanya membalas panggilan Saka hanya dengan menolehkan kepalaku. Ini aneh tau.
“Ada apa sih? Cerita dong,” bujuk Saka.
“Merasa nggak? Ada sesuatu yang aneh tadi ?” kataku pada akhirnya.
“Tadi yang mana?” tanyanya.
“Tadi waktu band-nya Jo tampil,”
“Ada,” jawabnya santai.
“Benerkan,” jawabku tepatnya pada diriku sendiri.
“Bener apanya?” dengan heran.
“Anehnya lah,” sambil memakan kentang gorengku.
“Hah? Aneh? Aneh apanya?” gila ini bocah, gumamku sambil mengetuk-ngetukkan kepalaku ke meja. Aku menatapnya. Dia tambah heran atas apa yang aku lalukan. Dia tetap mencoba berpikir keras.
“Oo.. aneh,” Nah! Gitu dong, pikirku tersenyum manis padanya. Dia juga membalas senyumanku.
“Maksudnya, aku menjawab pertanyaanmu yang pertama tadi itu cuman asal-asalan—“ Haah!!??, aku hanya melongo menatap mukanya yang polos. Bukan polos. Kepolosan malah.
“—emang yang aneh apaan sih?” lanjutnya.
“Ah! Udah deh. Pusing aku. Nggak usah dibahas,” frustasi aku.
“Aku kebelakang dulu ya, jangan pergi kemana-mana lho,” pamit Saka padaku.
“Hemm..” jawabku. Aku terlalu memikirnya. Jo, apakah kau benar-benar melihat ku tadi? Atau menatapku saat kau tampil didepan. Aarrgghh!! Aku menggaruk-garuk kepalaku yang sebenarnya tidak gatal. Lalu menaruh kepalaku di meja menghadap kearah samping. Aku capek.
“Saka kemana sih?” gumamku menatap jam tanganku. Alu menengok kearah toilet. Tapi tuh orang nggak keluar-keluar. Aku pun berjalan menghampirinya di toilet.
Saat aku berjalan dengan gontai ada tanagn yang menyentuhku. Ini terjadi dengan lambat. Aku berhenti dan menatap tanganku yang dipegang oleh seseorang. Laki-laki. Pikirku. Sontak aku kaget dan segera menarik tanganku. Tapi, kenapa ini? Aku mencoba menariknya kembali. Tapi tetap saja masih dipegangnya kuat-kuat. Akhirnya aku menoleh pada seseorang ini.

Kenapa dia? Kenapa tangan kecil itu mecoba menarik pegangan tanganku. Aku tak ada maksud apa-apa. Tira. Malah menarik tangan yang kepegang dengan kasar. Aku juga semakin kuat memegang tanyannya. Dia ngos-ngosan. Ow.. batinku. Ia diam saja. Apakah ia menungguku? Akhirnya ia menoleh padaku. Tapi--
“Auuw!” erangku. Aku terjatuh. Dia mendorongku dengan sangat kuat. Ada apa ini? Pikirku sambil menatapnya. Apakah dia takut padaku? Padahal saat aku tampil tadi, ia menatap mataku sampai penampilanku berakhir.
“Oh My God !” aku mendengar gumamannya dan aku berusah untuk bangkit dari jatuhku.
“Jo?! Eh- Kak Jo? Maaf! Aku bernar-benar minta maaf,” ia juga menolongku berdiri. Lucu juga.
“Nggak apa kok. Takut sama aku ya?”
“Eh-? Enggak gitu, tadi aku kira orang jahat. Habis, misterius banget. Emm.. Sakit kak sikutmu?” tanyanya dengan nada gelisah. Aku hanya meringis sembari duduk di pinggiran taman jauh dari suasana ramai.
“Sakit ya, kak?” ia masih saja bertanya. Aku menoleh padanya. Ia benar-benar kikuk.
“Nggak apa kok, tenang aja, ini kan hanya lecet kecil.” Jawabku tersenyum menenangkanya.
“Tapi, dari kecil kan bisa jadi besar,”

Aku menghembuskan nafas panjang dan menjawabnya.
“Jangan tanya terus dong. Kakak kan juga pengen gantian ngomongnya,”
“Ooo.. maaf,” ia tersenyum malu. Dia harus jadi milikku. Hahaa
“Emm.. nanti malem ada acara nggak?” tanyaku denagn tegas.
“Nanti malem?” tanyanya.
“Ya, nanti malem,”
“Ada,” aduh!
“Ada ya? Ya udah deh, nggak jadi,”
“Nggak tanya ya mau ada acara apa?” haa?
“Ya udah, emang ada acara apa?”
“Nge-Date,” What !! gila nih cewek!
“Ouw, selamat nge-date kalau gitu,” kata ku dan beranjak meninggalkannya.
“Tunggu kak,” ia menarik tanagnku.
“Ada apa?” aku males banget.
“Emm.. kakak tau yang namanya Jonansha Air kelas XI IPA?” Haa?! Itukan aku!
“Tau,”
“Kakak marah ya,” tanyanya ragu-ragu. Tunggu! Ia masih memegang tanganku.
“Enggak, tapi,”
“Tapi apa kak?” ia malah mengeratkan tangannya.
“Tanganmu,” akhirnya..
“Opss! Maaf,”
“OK, kembali yang tadi. Ada apa sama Jo?”
“Hehhe, a—ak-- aku ---nge-da-- date nya sama dia,” ia tersenyum manis dan yakin pada ucapannya.

Oh My God! Gumamku. Dia benar-benar menggodaku.
“Awas ya kamuu!” ia berlari dan aku mengejarnya.

Onnasan-

PROFIL PENULIS
NAMA : AGATHA ONNASANDEVI RATUWANGI
TTL : PURBALINGGA / 13 FEBRUARI 1998
KELAS : IX
SEKOLAH : SMP KANISIUS KUDUS
HOBI : MENULIS, BACA BUKU, JALAN-JALAN, NARSIS.
CITA-CITA : PENULIS, AKTRIS, BERBAGI PADA YANG LEBIH KECIL
MOTTO : PROUND FOR YOUR SIMPLY!

Labels: