Pupus - Cerpen Cinta Remaja

PUPUS
Karya  Triana Agustin

Langit mulai menapakkan gelap, sepertinya sore ini akan turun hujan lagi. Andai Tuhan izinkan aku hanya ingin satu permintaan, tolong jangan turunkan hujan sore ini aku hanya ingin melihatnya dan bertemu dengannya.

Namaku Trisya dan sekarang aku duduk dikelas 3 SMA, gak kerasa sebentar lagi aku akan pergi meninggalkan sekolah yang begitu penuh dengan kenangan ku. Menjalani hari-hari ku disekolah adalah kebahagiaan terindah dalam hidupku karena disana ada Mario yang selalu aku cintai tapi cinta ku ini hanya cinta semu, karena setelah ku persembahkan hidup ku untuknya dan telah ku relakan hatiku padanya dia masih belum bisa membalas ketulusan cintaku. Sekarang aku sedang menikmati masa liburan semester ku dan aku hanya bisa habiskan masa liburan sekolahku sendiri. Dalam status hubungan aku memang kekasihnya namun dalam hatinya aku bukan siapa-siapa, semenjak hati dan juga jiwanya terluka oleh Shela dia pun kini enggan untuk membuka hatinya pada siapapun termasuk aku. Ku dengar sekarang Mario tengah sibuk dengan dunianya, dia adalah panitia festival film fisika yang akan diadakan minggu depan dan mungkin tak akan ada waktu banyak untuk ku.

Pupus
Lima hari sudah ku lalui masa liburanku ini hanya dengan tangis kesedihan, aku selalu menangisinya, menangisi setiap cara yang dia berikan untukku. Rasanya sakit hati ini menerimanya setelah aku benar-benar tulus mencintainya tapi dia hanya anggap semua itu biasa saja.

Tanpa terasa hari-hari liburan sekolah pun telah berlalu, semua berlalu tanpa arti bagiku. Kini aku sudah hadir di bulan januari dan yang ku tau, bulan januari ini adalah bulan kelahirannya tepatnya tanggal 24 nanti dia genap berusia 17 tahun. Sebenarnya aku sudah merencanakan sesuatu untuknya memang bukan sesuatu yang special tapi setidaknya aku ingin dia selalu mengenang setiap detik yang ku hadirkan hanya untuknya. Dalam duniaku hanya berisikan tentang Mario dan dalam dunia Mario aku tak pernah ada.
“bantu gue yah, gue pengen bikin surprise kecil buat dia” pintaku pada Sirius, sebenarnya namanya Shinee hanya saja aku senang memanggilnya Sirius.
“emangnya lo udah punya rencana apa buat dia” aku pun berbisik di telinga Shinee dan memberitahukan apa rencanaku.

Aku hanya memiliki rencana yang sederhana, hanya sekedar ingin membawakan kue tar kecil untuknya dengan lilin-lilin yang akan menghiasi harapannya. “ummp baiklah gue bantu lo”
“thanks ya” ucap ku dengan senyum sumbringah.

Hari demi hari cepat berlalu dan terus bergulir begitu saja, kadang ingin ku tanyakan untuk siapa hatinya kini tapi rasanya percuma ku tanyakan itu. Aku memang mencintainya tapi dia tak pernah jujur akan rasa sayang dan cintanya padaku. Aku bingung dengan semua ini, mencintai seseorang tanpa sebuah kepastian yang pasti dan hal ini sangat menyakitkan.

Esoknya sepulang sekolah aku dan Shinee pergi mencari kue tar cantik, walau harganya tak mahal semoga kue itu bermakna untuknya.
“Sya..sya… liat deh, cantikkan kuenya”
“ikh mungil banget, yaudah deh gue beli yang itu aja kali ya”
“ohiya namanya belum di tulis” ucap Shinee mengingatkanku.
“eh iya hampir gue lupa, mba tulis nama ini ya Happy Birthday 17 Mario Ashidik”
“baik mba” ucap seorang pelayan toko kue ini.
“kapan lo mau kasih ni kue?”
“ya besoklah kan ultahnya besok, paling pulang sekolah deh”
“umm sukses yah”
“pasti, thanks yah”. Aku gak sabar menunggu hari esok bagaimana ya ekspresinya saat aku bawa kue ini, hanya itu yang selalu ku pikirkan.
Malam pun telah berganti, dan tiba saatnya untuk ku kembali menjalankan rutinitas hari-hariku yaitu sekolah, belajar dan bertemu dengan dia. Hatiku tak bisa diam, sesekali ku lihat jam didinding rupanya belum saatnya untuk pulang sekolah. Dan tak lama setelah itu bel tanda berakhirnya jam pelajaran terakhirpun berbunyi. Senangnya hatiku akhirnya aku bisa bertemu dengannya dan memberikan kejutan ini.

Dengan cepat aku keluar dari kelasku dan membawa kue itu, sesampainya didepan kelas Mario, aku terdiam, hatiku tercengang melihat dia sudah dikerumuni oleh sahabat-sahabat terdekatnya, disana ada Lilian dan juga Merlin. Mereka telah mempersiapkan kejutan besar yang lebih istimewa untuk Mario,seketika senyum bahagia yang sedari tadi ku kembangkan dalam wajahku berubah menjadi tangis dan kekecewaan. Disana tak hanya ada sahabat-sahabatnya tapi disana juga ada Shela. Aku tak bisa lagi berharap dia akan melihatku dan menerima hadiah dariku karena ku tau hadiah dari ku ini tak ada artinya dibandingkan dengan hadiah yang sudah mereka persembahkan untuknya.
“Trisya, kok kamu berdiri didepan pintu? ayo masuk” ucap Benny yang sedari tadi sudah berdiri disampingku.
“eh engga deh, sepertinya percuma aku masuk…”
“tapikan kamu pacarnya Mario”
“aku gak apa-apa kok, ohiya Ben boleh aku minta tolong”
“boleh”
“tolong kamu berikan ini untuk Mario, ohiya ini kado untuk dia”
“tapi kenapa gak kamu aja”
“aku gak mau merusak kebahagiaan dia hari ini” ucapku lirih dengan mata yang mulai berkaca-kaca, setelah Benny benar-benar telah menerima dua kotak dariku, aku pun dengan segera pergi meninggalkan kelas Mario tanpa Mario tau kedatanganku. Setelah kepergianku ku rasakan semilir angin yang menerbangkan aroma tubuh Mario keluar dari kelasnya dan menemui Benny.
“hai Ben?”
“hei yo, ohiya Happy Birthday”

“iya thanks, itu buat siapa?”
“ini buat lo yo” lalu Mario pun membuka kotak kue itu
“kue itu dari pacar lo”
“Trisya tadi kesini?” Benny hanya menganggug, lalu kemudian Mario meletakkan kue itu dan pergi meninggalkan Benny untuk kemudian mengejar ku.

Rasanya kaki ku lemas untuk melangkah, semua yang ku harapkan pupus begitu saja. Saat ku lihat Mario tertawa bahagia tanpa kehadiranku, saat ku lihat aku tak pernah bisa membuka hatinya untukku. Saat itu aku menyebrang tanpa melihat arah ku sendiri, tak ku sangka dari arah belakangku telah melaju sebuah mobil dan menabrakku. Ku dengar ada suara teriakkan yang sangat kencang dan kurasa aku mengenali betul suara itu, iya itu adalah suara hangat Mario, suara yang tak pernah lagi kudengar. Lalu aku merasakan tubuhku terangkat dalam pelukkan, aku masih bisa melihat dia walaupun semu tapi aku masih bisa merasakannya, dia memelukku dan menangisiku. Untuk pertama kalinya aku melihat dia menangisiku. Aku tak bisa bergerak rasanya lengan ku sakit dan darah segar tak hentinya berhenti bercucuran dari kepalaku. Aku hanya ingin mengucapkan sesuatu untuknya, ku mohon bantu aku Tuhan untuk katakan bahwa aku mencintainya.
“Sya, kamu harus bertahan” ucapnya lalu kurasakan tetesan air matanya jatuh tepat di pipiku. Ku coba meraih tangannya, aku berusaha mengumpulkan sisa-sisa tenaga ku.
“Ma..ma..rio” ucapku terbata-bata.
“iya sayang ada apa”. Aku bahagia kala ia memanggil ku dengan sebutan sayang, sebutan yang tak pernah lagi ku dengar darinya.
“selamat ulang tahun, aku hanya ingin ucapkan ini untuk kamu. Aku bahagia melihatmu bahagia”
“maafin aku Sya, aku terlalu sibuk dengan duniaku”
“Ma..rio…aku gak kuat”
“kamu gak boleh ngomong gitu, kamu harus kuat Sya. Ku mohon bertahanlah”
“aku…aku mencintai ka…mu” suaraku semakin melemah dan menghilang, wajahnya tak lagi terlihat oleh ku dan aku merasakan dingin yang amat sangat menghantam tubuhku lalu ku hembuskan nafas terakhirku dalam pelukkan Mario. Tuhan membawa ku pergi secepat kilat dan kini aku tak bisa lagi ada disamping Mario.
“Trisya bangun, Sya…aku belum sempat mengatakan aku juga mencintai kamu Trisya” Bisiknya di telingaku.
Aku tak pernah menyesal mengenalmu bahkan telah ku relakan semuanya untukmu. Aku tak tau bagaimana nanti kamu mengenangku, ku serahkan semuanya padamu. Dan andai aku bisa memilih antara sekarang atau masa lalu, aku ingin hidup dalam masa lalu masa dimana aku hidup tanpa air mata dan juga kecewa. Tuhan andai aku bisa kembali, aku ingin dia tau bahwa aku akan selalu mencintainya dan menyayanginya.

Selesai

PROFIL PENULIS
Nama Lengkap : Triana Agustin
Nama Pena : Odette Princess
Tempat, tanggal lahir : Jakarta, 18 November 1994
Alamat : Krajan II RT 10/05 Sukamerta-Rawamerta
Sekolah : SMAN 2 Karawang
Kelas : XII IPA

Labels: , , ,