Pagiku Dengan Bayangan Ray - Cerpen Cinta

PAGIKU DENGAN BAYANGAN RAY
Karya Romauli Simanullang
Terurai kata demi kata yang menjadi alasanku untuk bangkit dari tempat tidur glamor ini.Pagi ini sungguh membuat mataku terpaku akan sejuta kejutan yang tampak di langit yang masih kekuning-kuningan.Namun, tiba-tiba aku kembali ke tempat tidur dan menjamah spray. Oh no, aku ternyata ngompol lagi. Jelas saja teman-teman menjauhiku, gadis berusia 16 tahun sepertiku masih ngompol. Aku secepatnya lari keluar kamar dan bergegas mandi saat jarum pendek jam menyatakan bahwa aku akan telat ke sekolah.

Saat itu kakakku Dika telah duduk terdiam menanti adiknya dengan sabar. Dia adalah kakak yang baik dan perhatian.Aku tau dia sudah telat, tapi entah mengapa, dia selalu sabar menungguku. Karena waktu yang semakin menusuk, aku terpaksa tidak serapan. Ku bergegas melangkahkan kaki agar kakak tidak lelah menantiku.
" Kak, aku dah siap nih! Yuk berangkat!"
" Benarkah?" mata kakak melihatku seakan melihat orang yang sedang berbohong. Aku mulai keringat dingin, tak tau harus menjawab apa.
" I..iyalah, aku dah siap!"
" yakin?"
" yakin!! Sudahlah kak, nanti kakak telat lagi. Yuk, berangkat!"
" ya sudah! naik!!"
Perlahan namun pasti, aku naik ke sepeda motor kakak yang dari tadi menantiku. Aku dan Kak Dika pun berangkat ke sekolah. Ku kira kakak akan mengintrogasi aku, ternyata ia mempercayaiku. Trimakasih ya kak dah mau percaya, benakku berbisik.
Pagiku Dengan Bayangan Ray
Sesampainya di sekolah, seperti biasa kakak memberiku sedikit ulasan dari nasihatnya.
" Hati-hati ya di sekolah, kamu gak boleh nakal apalagi bolos. Kamu harus jadi adik kakak yang pandai. oke?" . Kakak membuatku terpaku tak berkedip melihat senyumannya yang memberiku sebuah harapan.
" Tentu kak! aku janji, aku gak bakalan buat kakak kecewa!"
Perlahan tangan kakak mengelus rambutku dengan sampiran sebuah tawa kecil,
" Bagus, itu baru adiknya kak Dika! kakak berangkat ya! daa!"

Kembali aku merasa ada komponen yang hilang. Rasanya aku tak ingin jauh-jauh dari kak dika. Aku pun bergegas lari saat mendengar bel sekolah bernaung di telingaku. Karena terburu-buru, aku tak sengaja menabrak seseorang yang tidak pernah kulihat batang hidungnya di sekolah ini. Buku yang dibawanya pun terjatuh berantakan.
" maaf, aku tak meliatmu tadi!"
terlontar dari bibirku sambil membantunya membereskan buku yang berserakan.
" tak apa!" jawabnya santai.
" Mari, aku bantu membawa bukunya!" Kataku sambil mengambil sebagian dari buku yang dipegangnya.
Kami pun berjalan menuju kantor guru. Aku beruntung hari ini karena aku bisa menjadikan kecelakaan kecil ini menjadi alasan keterlambatanku. Meskipun aku masih menggandeng tas, aku senang karena aku tidak akan mendapat hukuman.

Akan tetapi,rasa penasaran masih menyelimuti hatiku. Aku baru saja melihat orang ini. Karena mati penasaran, aku pun mengakjaknya ngobrol.
" apa kau sudah lama bersekolah di sini?"
" menurutmu, seragamku ini masih terlihat baru?"
" kalau kau murid lama, kenapa aku tidak pernah melihatmu di sekolah ini?"
" benarkah? mungkin aku tidak tenar di sekolah ini!"
" haha...! bisa saja kamu! tapi benar deh, aku gak pernah lihat kamu!"
" Ya sudahlah! mungkin kita tidak diperkenankan untuk bertatap muka!"
" maybe !"

Tak terasa, kami telah sampai di kantor guru. Dia terlihat keringat dingin. Matanya melirik ke kanan dan ke kiri, seakan takut seseorang akan melihatnya.
" Kenapa?"
" eh, gak kok, gak napa!"
" oh, trus ini ditaruh dimana?"
" mmm.....taruh sini aja!"
" ok!" turutku sambil meletakkan buku-buku yang kubawa.
" Trimakasih ya..."
" Yuki! panggil aku yuki!"
" Oh, makasih ya yuki!"
" Sama-sama! Oh ya, nama kamu siapa?"
" Aku Rey!"

Saat aku memandangi Rey yang tersenyum padaku, tiba-tiba ada tekanan pada punggungku. Aku pun membalikkan tubuhku dan ternyata itu adalah
" Bu Susi! Huhh, ibu ini buat orang jantungan saja."
" Kamu tuh, da tau semua baris, kamu malah disini! Ngapain coba kamu masuk ke kantor guru."
" Ini bu, bantuin ngantar buku teman aku nih!"

Bu Susi seakan menatapku heran dan tak percaya.
" Teman? Buku?"
" Iya bu, kalau gak percaya, ni aku kenalin! Rey, in..i"
Aku terdiam sejenak melihat Rey tidak berada di belakangku. Yang paling membuatku Shok adalah buku yang tadinya aku taruh di atas meja, kini tlah mengilang. Yang tinggal hanyalah sebuah buku kecil dan cover bukunya terdapat tulisan Diary Rey.

Aku pun langsung mengambil dan membuka lembar demi lembar. Semua isi tiap lembar diary, tertulis namaku. Setiap tulisan menyatakan bahwa Rey mencintaiku dan sering memperhatikanku dari kejauhan. Sampai akhirnya aku membaca lembaran akhir diary Rey yang membuatku ingin menangis.

Isinya:
Dear Diary,
Mungkin, ini terakhir kalinya aku melihat senyuman yuki. aku bahkan tak dapat merasakan tubuhku ini. Aku sangat menyesal, tak pernah bisa menampakkan wajahku di hadapannya. aku ingin sekali dia mengenalku dan kami akrab layaknya burung merpati. Yuki, kau seperti mawar dan menjadi komponen dalam hidupku. Yuki, aku mencintaimu.

Semua ini, membuatku sangat tertekan. Aku bahkan tak pernah memikirkan orang yang mencintaiku. Ya Tuhan, ini semua menjadi misteri bagiku. Akupun menangis dan membuat ibu Susi terpingkal dan terdiam melihatku.

____END____

PROFIL PENULIS
Nama : Romauli Simanullang
Tempat/tanggal/lahir : Balige, 01 Agustus 1987
Nama Panggilan : Roma
Kuliah : UI

Labels: ,