Cinta Kondektur dan Penumpang - Cerpen Remaja

CINTA KONDEKTUR DAN PENUMPANG
Karya Ypriliansi Nora Evita
Sudah lewat satu jam Bastian tiduran di balai – balai kebun Cak Wino. Matanya menatap buah mangga matang yang bergelantungan di pohonnya. Ia membayangkan, betapa segarnya buah mangga itu bila dimakan pada siang hari di musim panas seperti ini.
“Bas..” tiba – tiba Cak Wino dating. Ia sudah duduk di samping Bastian.

Spontan Bastian bangun. Krenyit.. bunyi balai – balai itu. Yah, balai – balai itu sebenarnya sudah tua, tapi Cak Wino enggan menggantinya. Katanya sih, sudah terlanjur enak buat ngumpul.
“Wes mari*) panenin singkongnya??” Tanya Cak Wino.
“Udah, dong.” Jawab Bastian.
“Kapan mau balik??” Cak Wino bertanya seraya menyalakan batang rokok yang baru diambil dari bungkus yang baru dibeli.
“Besok,” jawab Bastian. “Tapi aku masih kangen sama Mama..” 
Cinta Kondektur dan Penumpang
Cak Wino terdiam. Ia tahu persis seperti apa sosok seorang Bastian. Ia amat menyayangi ibu dan kedua adiknya. Ayahnya sudah meninggal beberapa tahun silam. Ia sebagai anak pertama dan lelaki di keluarganya dipaksa untuk bekerja membantu ibunya yang hanya berjualan kue yang tak selalu laris untuk membiayai hidup keluarganya dan sekolah kedua adiknya. Sebenarnya Bastian bercita – cita ingin melanjutkan kuliah jurusan Ekonomi. Tapi.. keadaan ekonominya yang, ah.. memaksanya untuk ikut bekerja dengan ijazah SMA-nya dengan menjadi kondektur bus.
Jarak dari rumah ke tempat kerjanya-pun agak jauh. Bastian hanya pulang sebulan sekali atau tiga minggu sekali. Itupun jika pulang hanya seminggu atau bahkan sehari di rumah. Berat.
-o0o-

“Ingat anak – anak, minggu depan kita ulangan bab 7..” ujar Bu Guru.
“Ya.. Bu..” jawab seluruh siswa serempak.

Setelah itu, bel tanda pulang berdentang. Setelah Bu Guru keluar kelas, siswa segera keluar kelas. Di antara mereka terdapat seorang siswa yang manis wajahnya. Ia terkenal cerdas, lembut dan baik hati. Vlora. Vlora segera menuju halte bus sekolah untuk pulang.
“Eeeh… buruan.. ada bus..!!” teriak salah satu teman Vlora.
Vlora segera berlari menuju bus itu. Ia segera naik ke atasnya. Vlora duduk di bangku paling belakang.

Bastian melirik kea rah belakang. Dilihatnya seorang gadis manis duduk di bangku belakang dekat kaca. Kemudian ia kembali menoleh ke depan. Disimpannya baik – baik wajah gadis itu dalam pikirannya. Gadis itu telah meluluhkan hatinya di siang hari yang panas ini.
“Karcisnya, Dek..” Bastian akhirnya tiba di depan Vlora.
“Ini..” Vlora menyerahkan uang 5000-an.
-o0o-

Malam itu Bastian membuka Facebook-nya. Setelah mengomentari beberapa status dan menyukainya, lalu ia mengonfirmasi beberapa permintaan pertemanan.
Secara refleks Bastian meraih gelas berisi kopi yang hamper dingin di sampingnya. Sambil meneguk kopi itu, ia kembali memikirkan Vlora. Dia itu..
-o0o-

“thanks konfire yo, kak kondektur..”
Bastian membacanya. Sebuah pesan dinding dari seseorang yang bernama Vlora Vyony. Kok dia tahu sih, kalo aku ini kondektur, piker Bastian.
Bastian segera membalas pesan dinding itu. Kebetulan saat itu Vlora sedang online, jadi ia juga segera membalas komentar Bastian. Katanya, Vlora tadi naik bus Bastian. Namun Bastian tak begitu memperhatikannya. Dan,mereka berjanji akan saling menyapa bila bertemu.
Beberapa minggu kemudian, ada sebuah sms dari nomor baru masuk ke handphone Bastian. Ternyata itu adalah Vlora. Vlora mengetahui nomor Bastian melalui kpmentar Bastian yang berisi nomor ponselnya yang ditujukan kepada Nova, kakak Bastian.
Bastian-pun membalasnya dengan antusias. Namun, Vlora tak begitu. Karena ia tahu, bahwa Bastian amat sibuk. Namun Bastian berusaha meyakinkan Vlora bahwa ia tak begitu sibuk.
-o0o-

Bastian.. gumam Vlora saat ia akan turun dari bus itu. Dihampirinya Bastian yang sedari tadi tak menagih ongkos padanya. Vlora menyerahkan uang kepada Bastian.
“Bawa dah..” ujar Bastian.

Vlora terkejut. Apa? Ia gratis. Di sebuah bus panjang, yang penuh dengan penumpang, terang – terangan Bastian menolak uang sebagai ongkos dari Vlora. Wah.. Tapi biasa aja mungkin menurut Bastian.
“Kak Bastian ya??” ujar Vlora.
Bastian hanya mengangguk seraya tersenyum. Vlora juga tersenyum. Pertama kalinya ia melihat Bastian tersenyum. Bastian memang seseorang yang jarang tersenyum. Dan ternyata, bila ia tersenyum sungguh manis..
Vlora segera turun begitu bus berhenti di tempat tujuannya. Saat Vlora turun-pun, Bastian masih menatapnya dengan pandangan yang gimanaaa gitu. Romantis..
-o0o-

Sudah beberapa hari ini Bastian tak menghubungi Vlora. Entah kenapa. Sebenarnya Vlora merasa khawatir, ia takut terjadi sesuatu yang tak diinginkan kepada Bastian. Namun ia mencoba, bahwa Bastian saat ini sedang sibuk. Maka, ia tak sempat menghubungi Vlora,
“Kenapa??” Tanya Putri, sahabat Vlora.
“Bastian.. udah lebih tiga hari dia nggak ngabarin aku..” kata Vlora.
“Udahlah.. kamu doain dia aja biar nggak kenapa – kenapa.. dia pasti lagi sibuk. Jadi nggak sempat ngubungin kamu.” Kata Putri.
Vlora terdiam. Ia menatap jalan raya. Biasanya.. di sana lewat bus Bastian. Dan Bastian selalu tersenyum kepada Vlora saat mereka bertemu.
-o0o-

Setangkai bunga mawar telah ada di genggaman tangan Thalia. Kini pikirannya dipenuhi rasa bimbang, bingung. Sementara itu Bastian di depannya masih menunggu jawaban dari Thalia. Akankah Thalia mau menerimanya?
“Thalia.. aku saying banget sama kamu..” Bastian sekali lagi mengucapkan sumpahnya.

Namun Thalia masih terdiam. Ia masih bingung. Jujur, ia juga menyayangi Bastian. Dan..
“I.. iya deh. Aku.. t.. terima kamu..” kata Thalia.
Wajah Bastian berseri – seri. “Beneran?? Thanks ya..”
Thalia tersenyum. Dan hati Bastian benar – benar bahagia hari ini. Setelah sekian lama ia mendambakan Thakia, akhirnya sekarang ia mendapatkannya.
-o0o-

Sudah lebih dua kali nomor baru itu me-missed call Vlora. Dan.. kali ini Vlora mencoba menjawabnya. Sempat tidak dimatikan, namun dari sana tidak ada jawaban. Lalu.. putus. Aduh.. siapa sih nih.. Vlora begitu penasaran dengan nomor baru itu. Namun, Vlora berusaha melupakannya. Mungkin itu cuma orang iseng doang.
Sekitar pukul dua siang, ada sebuah SMS masuk ke ponsel Vlora. Ternyata nomor baru yang tadi. Dan.. anehnya, nomor itu tahu nama Vlora. Ia mengatakan, bahwa ia adalah penggemar gelap Vlora dengan menyebutkan inisialnya saja. Setelah Vlora tebak – tebak, akhirnya Vlora tahu bahwa nomor itu adalah Bastian!
Semenjak itu, Bastian semakin romantic kepada Vlora. Ia suka merayu – rayu Vlora. Namun, Vlora hanya menganggapnya biasa saja. Mungkin Bastian memang romantic, piker Vlora.

Akhirnya.. suatu hari, Bastian menyatakan sesuatu kepada Vlora yang membuat Vlora terkejut bukan main.
“Aku bener – bener saying sama kamu, Vlo. Aku pengen kamu jadi kekasihku..” ujar Bastian.
What? Vlora benar – benar terkejut. Bastian ini main – main atau serius?

Setelah kurang lebih lima hari, Vlora akhirnya menerima Bastian sebagai kekasihnya. Sejak saat itu, Bastian semakin saying kepada Vlora. Terkadang ia memberikan sesuatu yang special untuk Vlora.
“Oh ya, nomor kamu yang lama kemana?” Tanya Vlora.
“Sudahaku buang..” jawab Bastian.
-o0o-

Akhir – akhir ini Bastian jarang sekali menghubungi Vlora. Vlora sendiri heran sekaligus khawatir. Apa yang terjadi kepada Bastian.. kini, sudah satu minggu Bastian tak menghubungi Vlora. Apakah ia begitu sibuk? Namun.. apakah sesibuk apakah Bastian hingga ia tak lagi menghubungi Vlora hanya untuk mengucapakan selamat pagi saja?
Vlora semakin bingung ketika nomor Bastian terhapus. Kini hanya tersisa nomor yang lama saja. Entah dapat pikiran darimana, Vlora mencoba SMS Bastian dengan menggunakan nomor itu.
Ternyata dibalas. Tapi, Bastian seperti tak mengenali Vlora. Vlora mencoba meyakinkan, bahwa nomor yang dihubunginya itu adalah Bastian. Ternyata..
“ooh.. skarang Bastian ga pkai no ni lagi.. aqu Thalia, cwek.a Bastian..”
PYAAARRR….!!! Seperti kaca pecah rsanya hato Vlora membaca sms itu. Thalia? Cewek darimana memangnya? Dan.. sebenarnya nomor lama Bastian telah dibuang atau..?? lalu aku ini siapa..
AAARRRGGGHHH…!!!! Bastian.. kenapa kamu tega membohongi aku.. Lalu apa arti dari semua janji dan sumpah yang telah kau ucapkan..
-o0o-

Segelas orange juice, seperti warna seragam Bastian, tak kunjung tandas di hadapan Vlora. Ia masih memikirkan hal kemarin, yang membuatnya benar – benar sakit hati.
“Bastian..” panggil Vlora.
“Ya, Sayang..” jawab Bastian.
“Kemarin kamu kemana? Kok nggak pernah ngubungin aku??” Tanya Vlora.
“Aku sibuk, Vlo..” ujar Bastian.
“Tapi sesibuk – sibuknya orang, masa’ kamu nggak punya waktu sedikitpun buat aku, Bas..” kata Vlora lagi.

Vlora lalu mencari – cari SMS dari Thalia. Setelah ketemu, ia menunjukkan sesuatu itu kepada Bastian.
“Bas.. ini siapa? Thalia ini siapa??” Tanya Vlora sebal, setengah menangis.

Bastian terkejut. Darimana ia tahu soal Thalia? Darimana ia kenal dengan Thalia? Jika begini, hancurlah hubungannya dengan Vlora, bahkan pula dengan Thalia.
“Sebenarnya nomor kamu yang lama sudah dibuang atau dipakai Thalia, sih? Kenapa kamu tega bohongin aku, Bas..” kata Vlora.
Bastian lalu bercerita. Saat itu..
-o0o-

Bastian benar – benar tak percaya dengan apa yang dilihatnya tadi di depan Mall. Siapa cowok yang bersama Thalia? Dan.. apakah ternyata Thalia, sosok gadis yang cantik bak indo itu telah menipu Bastan?
“Kamu tadi sama siapa?” Tanya Bastian saat mereka makan malam di suatu café.
“Sama siapa?” Thalia tak mengerti.
“Lha cowok yang sama kamu di depan Mall itu siapa??” suara Bastian mulai meninggi.
“Itu.. itu..” Thalia tak dapat melanjutkan kalimatnya.
“Apa itu cowok kamu? Jadi kamu punya cowok lain, saat aku kerja?” ujar Bastian. Lalu ia pergi dari café itu dan meninggalkan Thalia.
-o0o-

“Ya.. karena aku frustasi, jadi aku nembak kamu, Vlo..” ujar Bastian.
Vlora terdiam, namun ia masih menangis, “Oooh.. jadi kamu nembak aku Cuma karena kamu frustasi gara – gara Thalia. Bukan karena kamu bener – bener cinta aku? Ooh, mungkin karena kamu udah baikan sama Thaliajadi kamu lupain aku ya..” Vlora meluapkan semua isi hatinya.
Bastian hanya terdiam. Ia tahu, semua yang dikatakan Vlora memang benar. Ia lihat, Vlora menangis. Wajah cantiknya tak hilang walaupun dibasahi air matanya.
Vlora segera keluar café menunggalkan Bastian. Bastian masih terdiam, merenung. Ia telah menyakiti seorang gadis yang telah menyelamatkannya dari kekurangan uang setoran dulu.
-o0o-

Beberapa bulan berlalu. Pasangan kondektur dan penumpang itu gtelah melupakan kisah pedihnya masing – masing.

Suatu hari, Vloa pulang belanja. Ia naik bus dari terminal. Dan..
“Permisi..” Bastian mendekati Vlora. Untuk menagih ongkos dan.. meminta maaf kepada Vlora. Tapi..
Vlora segera menyerahkan sejumlah uang kepada Bastian, “Kiri Pak..” ia berteriak, setelah Pak Sopir memberhentikan bus, ia turun.
Bastian hanya terdiam melihat semua itu. Tak ia sangka bahwa Vlora segitu padanya. Ia ingin minta maaf kepada Vlora. Tapi..
-o0o-

Suasana pantai begitu tenang. Tak begitu banyak pengunjung yang datang, namun cukup ramai dan asyik. Ombak laut tampak begitu indah, ditambah pemandangan pasir putih yang menghampar luas dan pohon – pohon kelapa yang menari dipermainkan angin pantai.
Vlora dan Putri duduk – duduk di kursi dekat laut sambil menikmati makanan. Tiba – tiba, Vlora melihat sebuah bus diparkir di dekat hotel pantai. Oh no! Itu kan busnya Bastian. Kenapa dia ada di sini.. Bastian.. kenapa kamu masih saja mengikuti aku kemanapun.. Kau tahu, saat ini aku disini untuk membebaskan pikiranku dari sakit karena kamu. Tapi kenapa kamu masih saja ada.. Seakan kamu ingin terus saja menyakiti aku. Kenapa kamu tak seutuhnya pergi dari aku, Bastian…

Saat Vlora mengamati Bastian, tiba – tiba ia terkejut saat Bastian tiba – tiba terjatuh.
“Vlo.. itu kan Bastian.. dia jatuh tuh Vlo. Bantuin yuk..” ajak Putri.

Vlora masih terdiam. Hatinya masih dipenuhi tanda Tanya. Bastian jelas telah menyakitinya. Namun.. hatinya terketuk saat dilihatnya Bastian jatuh tak berdaya di pantai itu. Vlora segera menghampiri Bastian.
“Bastian..” dibantunya Bastian berdiri dan diajaknya duduk di salah satu kursi dekat pohon.
“Vlo..” Bastian masih tak percaya dengan apa yang dilihatnya.
“Udahlah, Bas.. Aku udah maafin kamu. Nggak ada gunanya kita terus… Bas..” Vlora panic saat melihat Bastian seperti kesakitan.
“Makasih, Vlo..” kata Bastian, “Mungkin sebentar lagi aku pergi, aku udah nggak kuat dengan penyakit ini, Vlo.. Aku.. aku punya kanker.. udah dari dulu..”

Vlora terkejut mendengar itu. “Bas.. kamu jangan pergi.. gimana Thalia, gimana keluarga kamu.. gimana teman – teman kamu, dan.. gimana aku.. kita semua nggak mau kamu pergi Bas..”
“Udahlah Vlo.. ” Bastian semakin kesakitan.
“Bastian..” tanpa sengaja Vlora mengusap kepala Bastian dan berkata, “aku tulus sayang kamu dari hati aku yang paling dalam..” Vlora mengatakannya dengan tulus.

Dan saat itu semua diam. Hening..
“Vlo..” Bastian bangun dari tidurnya, “Vlo, aku nggak sakit lagi. Aku merasa, aku sembuh..”

Vlora-pun terkejut, “Bener, Bas?” Vlora tersenyum. “Aku bahagia kamu sembuh, Bas..”
“Makasih, kamu udah mau sayang sama aku dengan tulus..” ujar Bastian.
Vlora tersenyum, “Aku seneng kalo kamu bahagia sama Thalia. Aku yakin, dia yang terbaik buat kamu.” Lalu Vlora mendekati Bastian. Ia mengangkat jari kelingkingnya, “Dan.. kita sahabat selamanya..”

Bastian pun mengangkat jari kelingkingnya, “Kita sahabat..” ia tersenyum.
Mereka tersenyum. Sesuatu yang indah terjadi di antara mereka.
-o0o-

Malam itu, Vlora kembali berkomunikasi dengan Bastian, juga dengan Thalia. Walau hanya sebatas teman, tapi itu yang terbaik. Karena akan abadi selamanya. Dan.. hubungan antara Vlora dan Thalia, selayaknya sahabrat sejati yang saling melengkapi.
-o0o-
PROFIL PENULIS
Saya Ypriliansi Nora Evita, asal kota Bondowoso. saya suka sekali membaca cerpen dan menulis cerpen. cerpen ini saya tulis berdasarkan imajinasi saya. terima kasih sudah membaca cerpen saya. semoga bermanfaat dan membuat anda terhibur. mohon maaf bila ada kata - kata yang salah dan menyinggung.

No. Urut : 402

Labels: ,