Tersenyum 5 Menit - Cerpen Perjuangan

TERSENYUM 5 MENIT
Karya Anty Husnawaty

Masih ingat pengalaman aku ketika ada Workshop pelajar IPNU ke sekolah Raudhatul Ulum Al-Khaliliyah, Workshop pelajar oleh kakak-kakak senior IPNU sebagai motivator dan sebelumnya aku tak pernah kenal siapa mereka,

Salah satu diantara mereka memberikan materi strategi belajar menghadapi UAN juga memberikan motivasi betapa pentingnya menuntut ilmu. Kala itu hatiku bergetar mendengar suara hatiku yang merasa 'iri' pada mereka "Anty, Jika mereka bisa menjadi pembicara dan berada di depanmu menyampaikan hal-hal yang membuatmu berfikir lebih produktif, Serta mereka bisa bermanfaat bagi orang banyak " Lalu apa yang dapat kau lakukan yang dapat kau berikan pada orang lain ?" Saat itu aku merasakan pergulatan batin yang luar biasa..

Tersenyum 5 Menit
Di saat itu dan di Sekolah itulah aku berjanji pada diri sendiri aku akan mewujudkan impianku yang telah aku catat dalam buku kecilku, Karena aku yakin segala perubahan baik diraih dengan usaha sebagaimana disebutkan dalam Al-Qur'an :
"Allah tidak akan mengubah keadaan suatu kaum sehingga mereka mau mengubah keadaan mereka sendiri (Q.S al-Ra'd 13:11)

Demikian juga Motto IPNU B3 " Belajar,Berjuang, Bertakwa, yang semakin meyakinkan diriku bahwa
" aku pasti bisa melanjutkan hafalan Qur'an ku,
Aku pasti bisa kuliah seperti mereka, Aku pasti bisa ..Aku pasti bisa..Aku pasti bisaa...

Berbagai upaya dilakukan, aku tingkatkan keulettan belajarku yang memang kegiatan "aciyen" (sebutan pengajian di pesantren) dipondok sangat padat,aku berusaha lebih disiplin dengan mengkondisikan belajar untuk persiapan UAN dengan "Muttla'ah" pelajaran dipondok. sehari penuh sampai jam 23.Wib aku fokuskan untuk mengikuti aciyen di pondok, Malam setelah tidur beberapa jam aku bangun pukul 01.00 belajar untuk UAN tidak lupa melakukan ritual kebiasaanku yaitu melaksanakan shalat hajat dan tahajjud.

Hari demi hari aku lakukan dengan sahabatku yang biasa dipanggil Maria. terkadang sahabatku yang satu ini Rika Kartika suka nebeng.
kita memilih tempat yang sekiranya tidak membuat mata mudah terpejam,dan membuat mulut mudah mengeluarkan uap (hawwayaan).
ternyata usaha ku tidak sia-sia. Aku dan sahabat-sahabtku Khairiyah Al-Kholil, Khoirummah, Sufatmi, Muslimah, Siti Fatimah, Siti Zahroh,dll, seperti berhasil menghapus mitos yang yang konon tahun angkatan kami akan banyak yang tidak akan lulus.
Akhirnya setelah program 'ngabdi' selesai, ada yang langsung nikah, ada yang langsung tunangan, ada yang langsung kerja, ada yang masih lanjut.dll

Lalu ,..masih teringat tentang bagaimana pergumulan ego ku menentang keinginan orang tua.
obe' (panggilan Tante pada kakak mama) berusaha mendoktrin Emak (panggilan Emak pada nenek) agar aku segera menikah,
Karena menurut beliau 'perempuan itu mau sekolah tinggi-tinggi dan kemanapun pasti larinya ke dapur, Ke sumur, ke kasur. Ku anggap saja kata-kata itu seperti angin sepoi-sepoi.

Tapi Emak menyuruhku kuliah dipontianak, Begitulah respon keluargaku ketika aku utarakan kalau aku ingin masuk pesantren melanjutkan Hafalan Al-Qur'an ku sambil kuliah di tanah jawa, Karena tak punya biaya untuk melanjutkan ku pesantren di Jawa. Namun langkahku tetap turuti Emak meski hatiku menggerutu, Dan aku pun mencoba mengikuti SNMPTN di UNTAN Pontianak, Aku mengambil jurusan Ekonomi dan Bahasa Inggris, akhirnya aku pun tidak lulus.hiikss ..karunya' pisaan.

Aku mencoba untuk kedua kalinya mendaftar di STKIP PGRI Pontianak dengan jurusan BK dan Bahasa inggis, Ternyata Allah menjawab Do'aku,ketika aku meminta restu sama Kiyai (Pengasuh pesantren Abdussalam Assalafy) Beliau menyuruhku untuk pesantren Ke PPS Al-Qur'an Al-falah 2 Bandung agar aku bisa tetap menghafal dan sambil kuliah. Bapak (panggilan bapak pada kakek) sangat menyetujuinya, Akhirnya aku mengehela nafas bahagia dan bisa sedikit tersenyum,

Setelah berpamitan pada kiyai dan Ibu Nyai serta pada semua kancah-kancah (sebutan sahabat pada santri). Aku mulai mempersiapkan keberangkatanku ke Bandung,tapi ternyata senyumku hanya lima menit, Nyaris Emak tak memberiku uang sepeserpun, Aku memahaminya karena Emak tak mau aku pergi. ya sudahlah.. Aku berangkat dengan bismillah minta pertolongan Allah,teringat kata Pak Ismail (salah satu guru di Raudhatul Ulum) "Dimana ada kemauan pasti ada jalan".

Dan detik itu juga seakan Allah menolongku melalui perantara Bapak, " Nak berangkatlah..jangan fikirkan biaya pertolongan Allah akan selalu menyertaimu,teruslah selesaikan Al-Qur'an mu," Butiran kata itu seperti malaikatku seakan telah mendarah daging hingga saat ini. yang membuat aku tak bisa menahan air mataku, Karena beliau telah dipanggil oleh Allah sebelum aku sempat menunaikan impianku untuk membawa beliau ke tanah suci,aku tak sempat melihat beliau tersenyum melihat ketika aku sukses nanti.

Waktu itu bapak menyelipkan uang sebesar Rp 1.200.000, Kalau ditanya pada logika bagaimana mungkin jumlah uang segitu bisa mencukupi untuk biaya transportasi,masuk kuliah dan mendaftar ke pesantren. Tapi jika bertanya pada Kuasa Allah, Tidak ada yang tidak mungkin, Kembali Allah memberikan sayap pertolongan-Nya, Aku mendapat BEASISWA dari PEMDA Kab. Sanggau untuk biaya masuk pesantren dan uang setiap bulannya,dengan syarat aku tetap harus menjadi peserta MHQ mewakili Kab.Sanggau di ajang MTQ.

Alhamdulillah puji syukurku kepada Allah yang tak pernah melalaikan hamba-hamba Nya, Akhirnya sekarang aku kuliah sudah semester 5. dan aku bisa menghafal dan insya Allah 2014 mendatang aku bisa menjadi peserta MHQ 30 juz mewakili Kab.Sanggau Kalimantan Barat.
bantu do'a yaa sahabat ..

Keputusan tersebut menyadarkan ku bahwa wanita pun berhak menentukan sendiri langkahnya,meraih impiannya, dan membuka dunia lainnya.Berhak hidup di dunia yang memberikan kesempatan kepada siapa saja yang berusaha meraihnya secara mulia.
Dunia tempat aku dapat mengaktualisasikan diri, menjadi diri sendiri.
Dunia yang mengajarkanku bahwa setiap manusia akan menjadi lebih percaya diri, lebih cerdas,dan lebih bijak jika ia berani memutuskan pilihan hidupnya.


PROFIL PENULIS
Nama : Anty Husnawaty
Alamat : Bandung
Alamat Facebook ; Anty Husnawaty

Labels: ,