Diantara Bintang - Cerpen Romantis

DIANTARA BINTANG
Karya Ahmad Addin Z. H

“ Chandra...” Panggil ibunya.
“ Iya bu, sebentar lagi.” Jawab Chandra serambi membereskan barang-barangnya.
“ Cepetan nak, keburu siang.” sahut ibu Chandra lagi. “Iya bu. Udah hampir selesai ko’.”
Jawabnya lagi.

Chandra terlihat sibuk dengan koper merah miliknya. Tampak ia sedang mengemas barang-barang miliknya karena ia akan berangkat menuju kehidupan barunya. Setelah lulus dari Mts, Chandra akan melanjutkan studi di Solo. Kehidupan barunya sangat bertolak belakang dengan kehidupannya waktu masih Mts. Ia akan tinggal di lingkungan pondok pesantren karena semua itu yang diharapkan oleh kedua orang tua Chandra.
“ Temen-temen, jaga diri kalian baik-baik ya. Aku akan selalu merindukan kalian disana.” Ucap Chandra lirih serambi mengusap foto album memori teman-teman Mtsnya dan memasukannya kedalam koper merahnya.
“Asha... jaga dirimu baik-baik ya. Aku disini akan selalu merindukanmu. Walau aku tahu ini berat untuk aku lakukan, tapi ini demi masa depan kita yang lebih cerah esok. Aku yakin suatu saat nanti kita bersama lagi.” Ujar Chandra lagi.

Diantara Bintang
Butiran air matapun tak kuasa terbendung dari kedua mata Chandra saat melihat foto-foto Asha dan suratnya. Seorang gadis teman sekolah Chandra dulu yang belakangan ini dikenal dekat dengannya. “ Chandra... ayo sayang buruan.” Tukas ibu Chandra seraya membuka pintu kamar Chandra. “iya bu. Udah selesai kok.” Jawab Chandra mengusap air mata yang yang membasahi kedua pipinya dan berusaha memberi senyum kecil terhadap ibunya. “Lho,.,. kamu kenapa nak??? Kok mata kamu berkaca-kaca.” Sahut ibu Chandra heran.”enggak papa kok bu. Mungkin Chandra belum bisa menerima kenyataan ini jika Chandra harus berpisah dengan temen-temen.” Jawab Chandra dengan senyum mungilnya. “ Chandra..... dengerin ibu sayang, ibu tahu. Tapi ini yang harus kamu jalani. Ibu yakin, mereka disana terseyum bahagia. Yang terpenting sekarang , Chandra fokus ke kehidupan yang sekarang nak dan inget komitmenmu.” Ujar ibu Chandra lagi dengan senyuman dan memeluk Chandra.
***

Sang waktu terus berputar, sudah hampir satu semester dia berada di lingkungan barunya.Banyak cerita tertoreh dalam perjalanan hidupnya, Namun semua itu belum bisa membuat Chandra akrab dengan lingkungan barunya. Chandra masih belum bisa seratus persen beradaptasi dengan lingungannya. Terbukti Chandra lebih sering menyendiri daripada bergaul dengan teman-temannya.
" Bintang itu terlihat indah, walaupun jauh tapi tetap bersinar dengan sejuta pesonanya." Gumam Chandra di kesunyian malam.
"Heyyyyy… nglamun ajjah." Kejut Hanif dari belakang Chandra yang merupakan temannya.
"Ahh… kamu ini, Nif… kerjaanmu Cuma bikin kaget orang aja."Tambah Hanif .
"Hmzz… " Desis Chandra.
"Elo kenapa sih bray, dari pertama kali aku kenal dirimu sampai sekarang, elo sering menyendiri. Dirimu ada masalah ato apa? Cerita dunkz bray…" Tanya Hanif sedikit heran.
"Ah masak, perasaan biasa aja.Mungkin Cuma perasaan mu aja Nif, udah yaa dah malem, ngantuk mao tidur dulu." Jawab Chandra cuek dan meninggalkan Hanif sendirian.
"Haa?... malah dicuekin." Gumam Hanif serambi menggaruk-garuk kepalanya.

Sang telah rembulan keluar dari peraduannya. Jarum jam telah menunjukkan pukul 01.00 WIB, tapi kedua mata Chandra belum bisa terpejam. Suara jangkrik menambah kesunyian malam. Angin malam berhembus sepoi-sepoi dengan dingin yang menusuk pori-pori. Malam semakin larut, jarum terpanjang telah melewati pukul 02.00. Dengan rasa gelisah, Chandra keluar dari kamar menuju atap pondok untuk melihat bintang. Hampir selama satu semester, ketika hatinya lagi gelisah atau galau, ia sering menyendiri dan melihat hamparan bintang di angkasa. Mungkin dengan itu semuanya akan sedikit mengurangi kegelisahannya.
“ Bintang kecil yang indah, aku lage rindu pada keluarga, temen-temenku dan sahabatku. Entah kenapa aku belum bisa menerima lingkunganku yang sekarang. Aku masih ingin bersama mereka. Aku rindu kasih sayang ayah dan ibuku. Aku juga rindu canda tawa temen-temenku. Rasanya beraaaaaatt banget aku ninggalin mereka. Kenapa yach, padahal aku udah berusaha udah sedikit-sedikit melupakannya, tapi susahh bangettt,,”

Curhatnya pada bintang-bintang di angkasa.
Tapi ada satu hal yang membuatnya Chandra lebih merasa galau. Hampir selama satu semester ia belum pernah bertemu Asha lagi sejak lulus dari Mtsnya. Bagi Chandra, bintang-bintang adalah teman sejati yang setia menemaninya dalam keadaan apapun. Chandra. “ Semoga, pada liburan semester yang kurang satu minggu lagi, nanti aku bisa bertemu keluargku teman-temanku terlebih dengan Asha.” Harapnya dalam hati. Chandra juga berharap nanti, ia bisa memberikan kado yang spesial pada milad Asha yag jatuh pada tanggal 18 Juli nanti. Secarik kertas dan bulpoin di tangannya, ia tuangkan rasa rindu itu dalam bentuk puisi . “
Kulihat sinar rembulan di celah-celah dedaunan
Menyibak gelapnya pesona malam
Cakrawala malam terbentang dari ujung pandang
Berhiaskan kilauan bintang
Angin malam dengan ramah menyapaku
Menambah kegelisanku
Kutuliskan rinduku di atas kertas putih
Sebagai saksi pilunya hatiku
Bintang, sampaikan rinduku

Suara ayam berkoko mulai terdengar riuh di telinga Chandra. Tak sadar ia telah menghabiskan malam itu untuk malam bercengkrama dengan sang bintang. Saatnya sang bintang kembali keperaduannya. Gemlegar adzan mulai berkumandang dengan syahdu an Chandra pun bergegas untuk mengambul air wudlu.

Pagi yang cerah mengawali hari Chandra. Sapaan mentari pagi membuat Chandra bersemangat untuk menjalani aktivitasnya hari itu. Seminggu yang dinanti, akhirnya datang juga. Saatnya Chandra pulang ke kampung halaman utuk berlibur dan berkumpul dengan orang-orang tercinta.
“Assalamu’alaikum...” Ujar Chandra serambi membuka pintu rumah.
“Wa’alaikumsalam. Chandra... kamu sudah sampai nak?” jawab ibu Chandra seraya berlari memeluk Chandra.
“Hehe, ia bu. Aku sengaja pulang lebih awal karena aku udah rindu setengah mati ama ibuku ini.” Jawab Chandra dengan rayuan gombalnya dan tertawa
“Yey., malah nggombal kamu nih, gimana nak kabarmu sayang? Ibu dan keluarga udah kangen banget sama kamu nak.” Tukas ibu Chandra tersenyum
“Alhamdulillah sehat bu. Ibu sendiri gimana kabarnya? Oh ya ayah kemana bu, ko enggak kelihatan? Kak Najma dan dek Aleya kemana bu, kok juga enggak kelihatan batang hidung mereka?” Tanya Chandra yang sudah rindu ingin bertemu dengan mereka.
“Oh, ayah kamu lagi di kantor. Kak Najma lage ke pasar ibu suruh tadi, sementara adik kamu lagi maen ama temennya. Kamu belum makan siang kan nak? Makan dulu sana.” Papar ibu Chandra.
‘Iya bu, bentar dulu, Chandra mau beresin bawaan aku dulu di kamar bu.” Sahut Chandra tersenyum dan menuju kamar.

Suasana kamar yang berubah semenjak ditinggal Chandra sekitar enam bulan yang lalu mengingatkannya saat ia harus pergi meninggalkan kamar untuk menuju ke Solo. Tananan kamar yang masih original membuat Chandra teringat saat ia meneteskan air mata.
“Uhh... akhirnya aku tiba juga di istanaku ini.” Ujar Chandra seraya menghempaskan diri ke kasur. “ Hmmz, terus rencana liburan ini apa ya, enggak boleh liburan ini aku sia-siakan begitu saja.” Gumam Chandra sendiri yang mengigit-gigit jarinya. “Aku harus berikan sesuatu yang spesial di hari ulang tahunnya, ya., yaa.. harus.” Tambah Chandra penuh optimis. ^_^
***

Sepekan telah berlalu. Roda waktu telah memutarkan masa dengan begitu cepatnya. Namun tak juga Chandra menerima kabar perihal keberadaan Asha. Rumah Asha yang kosong tak berpenghuni, sempat memupuskan harapan Chandra. Ponselnya pun berkali-kali coba dihubungi tak mendapat respon. “Nampaknya, impianku selama ini akan pupus ditengah jalan.” Ungkapnya dengan wajah yang pucat. Dengan wajah kosong ia pulang dengan menunggangi sepeda motornya. Keadaan ini sempat membuat down Chandra. Ibu Chandra heran dengan perubahan yang terjadi pada diri Chandra. Chandra hanya mengurung diri di dalam kamarnya.
Senja merah merona di ufuk barat menandai hari mulai petang. Saatnya matahari kembali ke paraduannya berganti dengan rembulan yang siap menerangi malam itu. Kemilau bintang menambah semarak malam itu. Namun, semua itu tak sejalan dengan suasana Chandra yang masih setia mengurung diri di dalam kamarnya. Ibunya berkali-kali berusaha membujuknya, tapi belum juga menujukan hasil. Jarum jam telah menunjukan pukul 19.00 WIB, Terdengar suara orang yang mengetuk pintu rumah Chandra. Ibu Chandra bergegas untuk mendekati pintu depan rumah dan membukanya. Tak seorang pun terlihat di depan pintu rumah Chandra. Hanya selembar kertas berisi pesan tentang keberadaan Asha, seketika itu juga ibu Chandra berlari menuju Kamar Chandra untuk memberi tahu tentang keberadaan Asha.
“ Chandra.. buka pintunya nak, ini ada surat dari Asha.” Bujuk ibu Chandra.
“???” pikir sejenak Chandra lalu keluar dari kamarnya.
“Mana bu?” tanya Chandra dan membaca surat kecil itu.

Ternyata selama ini, Asha berada di rumah sakit, dan segera Chandra menuju kesana. Tampak Asha tengah terbaring diatas ranjang di salah satu kamar rumah sakit. Trrnta selama ini, Asha terkena DBD. Tak kunjung siuman, Chandra mulai khawatir dengan kondisi Asha sekarang. Tak lama berselang, tangan Asha mulai menunjukkan tanda-tanda membaik.“Sa, kamu udah sadar, aku Chandra Sa.” Ujar Chandra disamping Asha. Mata yang semula tertutup perlahan mulai terbuka perlahan-lahan. Akhirnya Chandra bisa sedikit bernafas lega setelah melihat kondisi Asha yang berangsur membaik.
“Asha...” ujar Chandra sedikit gugup.
“Iya... ada apa? Jawab Asha dengan dana yang lirih.
“Happy Birthday ya.? Sahut Chandra tersenyum.
“(tersenyum dan menesteskan air mata) hmmzz,, thankz yia Chan.” Jawab Asha dengan rasa bahagianya.
Beberapa saat kemudian, Chandra meminta izin kepada ibu Asha untuk mengajak Asha keluar untuk melihat bintang malam. Setelah mendapat izin, dengan bantuan kursi roda, akhirnya Asha dan Chandra pergi ke halaman rumah sakit untuk melihat hamparan bintang yang bersinar di angkasa. Akhirnya, harapan Chandra selama ini terwujud juga. Mereka berdua melihat kemilau bintang-bintang bersama di hari yang spesial ini.^_^

PROFIL PENULIS
Nama : A. Addin Z. H
Asal : Kab. Nganjuk
Sekolah MAN Tambakberas
Facebook : Adhyn Al-Haqqi


Labels: