Kado Terindah - Cerpen Persahabatan

KADO TERINDAH
Oleh Dian Kusumawati

“Keny,liburan kali ini kamu mau ke mana??”, tanya Gea menghamburkan lamunanku.
“E..eee,,,aku juga belum tahu. Kamu sendiri?”, jawabku dengan membalik bertanya pada Gea.
“Rencana aku sih pengen ke Lombok. Tadi kamu ngelamun ya?ngelamunin siapa sih?”, rayunya.
“Apaan sih,,,aku nggak ngelamun kok. Ge, aku ikut kamu ke Lombok yah? Soalnya udah lama nih nggak liburan bareng kamu”, pintaku pada Gea.
“Gimana yah?,,,,,,Eeee,,,nggak deh,,,.” , jawabnya.
“Kok kamu gitu??”, kataku lirih.
“Maksudnya,nggak deh kalo liburannya hanya berdua aja,nggak seru kali. Gimana kalo kita ngajak Anis,Puput, kan bisa sekalian hunting tempat pemotretan. Pasti seru deh,,,”, kata Gea riang.
“Ide bagus, tapi pemotretan untuk apa ya? “,tanyaku bingun.
“Kamu lupa yah,kitakan belum pemotretan untuk cover terbitan majalah bulan ini. Lagi pula tema bulan ini juga sesuai dengan tujuan liburan kita kali ini.”,jawabnya seraya mengutak-atik berkas-berkas yang menumpuk di meja kerjaku.
“Bener juga,kok aku nggak kepikiran ya? Kalo gitu aku hubungi Anis dan Puput dulu,buat ngasih tahuin mereka tentang ini.”, jawabku sambil memainkan jemariku di atas tombol telefon.

Kado Terindah
Sesaat kemudian Gea telah hilang dari hadapanku. Sahabatku yang satu itu memang aneh,kadang datang tiba-tiba kadang pula pulang tanpa permisi. Aku dan Gea bersahabat sejak kami SMA,bukan cuma itu rumah kami pun berdekatan. Di antara sahabat-sahabatku yang lain,Gea adalah sahabat terdekatku. Di kala aku sedih,senang,dan gundah, aku pasti cerita dengannya,dia adalah sosok pendengar yang baik. Selain itu,dia juga sering kuminta pertimbangan tentang keputusan yang akan kuambil. Seperti ketika Aji melamarku, dia adalah orang yang meyakinkanku tentang Aji.

Matahari telah berada di peraduannya. Aku habiskan hari ini di kantor, rasa letih merajut bersama rasa rinduku pada Aji. Sudah beberapa hari aku tak bertemu dengannya, kami hanya berkomunikasi via telefon. Jam tanganku telah menunjukkan pukul tujuh malam,kuputuskan untuk mengakhiri aktivitasku hari ini. Kulangkahkan kaki menuju tempat parkir,kemudian beranjak ke sebuah restoran untuk makan malam. Sesaat aku telah tiba di dalam restoran itu,kupesan segelas jus alvokat dan sepiring nasi goreng. Setelah makan kuputuskan untuk pulang ke rumah.

Keesokan harinya, Anis dan Puput datang ke kantor tempatku bekerja. Mereka masuk ke ruanganku bersama dengan Gea.
“Masih kerja aja nih?bukannya pulang untuk packing barang. Jadi nggak besok liburan ke Lomboknya”,sapa Anis dari balik pintu.
“Hai,Nis! Ya jadi dong kita ke Lombok. Masalah packing barang sih masalah kecil, barang yang dibawa kan nggak banyak-banyak. Kitakan hanya tiga hari di Lombok”,kataku seraya memintanya duduk.
“Keny, kata Gea kemarin kamu kerja sampai malam yah?kamu jangan kerja sampai malam-malam ntar sakit loh! Kalau sakit gimana?kamu juga toh yang menderita,lagi pula mama kamu nggak adakan?”,ceramah Puput.
“Ia tuh,editor kita ini lagi sibuk edit konsep majalah bulan ini. Oh iya Put, ntar ingatin aku yah untuk ngambil kamera di tukang servis,soalnya besok aku mau bawa ke Lombok”,kata Gea cerewet.
“Iya,nggak lagi-lagi deh”,jawabku seraya menyuguhkan minuman kepada mereka.
Beberapa saat kemudian aku pulang bersama Anis,Puput,dan Gea.Setelah singgah mengambil kamera,mereka menuju ke rumahku untuk membantuku packing barang bawaan untuk besok.

Saat matahari telah muncul di ufuk timur,kami berangkat menuju bandara. Sesampainya di bandara aku mengirim pesan singkat pada Aji. Kukatakan bahwa aku akan pergi ke Lombok bersama Puput,Gea,dan Anis. Sepulangnya aku dari Lombok aku minta agar dia menemuiku. Beberapa menit setelahnya,aku bersama sahabat-sahabatku menaiki pesawat. Diperkirakan kami akan tiba di Lombok pukul 9 pagi waktu setempat. Aku hanya menatap kumpulan awan cantik yang menyapa pagi,seraya memikirkan hubunganku dengan Aji. Sudah seminggu lebih ia tak menemuiku, beberapa kali aku yang menemuinya di kantor tempatnya bekerja. Entah apa sebabnya ia tak pernah menemuiku dan bersikap menjauh. Padahal beberapa waktu yang lalu kami mengadakan pertemuan di antara kedua belah pihak untuk membahas pernikahan kami. Seharusnya beberapa hari yang lalu kami sudah mulai mempersiapkan pernikahan kami, namun Aji mengatakan bahwa urusan pernikahan kami biarlah seseorang yang mengurusnya. Entah siapa seseorang yang ia maksud itu, aku pun bertanya-tanya dalam hati. Namun aku belum mendapat jawabannya dari Aji.

Sesaat lamunanku terbuyarkan dengan suara teriakan Puput. Secepatnya aku berbalik ke belakang. Ternyata Gea tak sadarkan diri. Kuberanjak dari tempat dudukku mencari bantuan. Entah apa yang terjadi pada Gea,ia tak pernah begini sebelumnya. Anis pun datang dengan seorang penumpang yang berprofesi sebagai seorang dokter. Gea pun diperiksa, seisi pesawat berubah dari yang tadinya tenang menjadi riuh dan panik melihat keadaan Gea yang semakin mengkhawatirkan. Dokter yang menangani Gea di pesawat menyarankan agar pesawat mendarat secepatnya,karena Gea sedang kritis dan harus segera dibawa ke rumah sakit.

Setibanya di rumah sakit, Gea langsung dibawa ke ruang gawat darurat. Aku, Anis dan Puput hanya bisa berdoa agar Gea baik-baik saja. Sepengetahuanku Gea tidak memiliki penyakit apa-apa. Beberapa saat, dokter yang menangani Gea keluar dari ruang gawat darurat. Aku segera berlari menemuinya. Aku, Anis dan Puput diajak berbicara dengan dokter mengenai penyakit Gea. Ternyata selama ini Gea menderita penyakit gagal ginjal, dan sekarang mencapai stadium akhir. Aku tersentak kaget, aku tak menyangka Gea menderita penyakit separah itu, karena ia tak pernah bercerita mengenai sakitnya lagi pula ia tak pernah nampak sakit.
Dokter pun menyarankan agar Gea secepatnya mendapat donor ginjal dan dibawa ke rumah sakit yang lebih besar, aku pun memutuskan untuk membawa Gea ke Jakarta,karena di sana keluarga Gea bermukim. Aku segera menghubungi keluarga Gea untuk mengabarkan bahwa Gea sedang sakit parah dan membutuhkan donor ginjal secepatnya.

Dua hari berselang namun tak satu pun dari keluarga Gea yang dapat mendonorkan ginjalnya, kini aku,Anis, dan Puput mengikuti tes kecocokan dengan ginjal Gea. Beberapa hari berselang, hasil tes tersebut telah keluar. Namun pada saat hasil tes itu keluar aku sedang berada di Bandung karena ada pekerjaan yang sangat penting dan tidak dapat ditunda. Setelah aku dikabarkan bahwa ginjal yang sesuai dengan ginjal Gea adalah ginjalku ,secepatnya aku menuju ke Jakarta. Namun sayang setibanya aku di rumah sakit,Puput menghampiriku bahwa Gea sudah sadarkan diri. Aku segera menghampiri Gea.
“Ge, kamu harus bertahan. Entar lagi kamu akan sehat kembali”,ujarku menggenggam tangan sahabatku itu.
“Keny,kamu harus tahu kalo aku enggak bisa menemani kamu lagi,aku udah nggak kuat,Ken. Mungkin ini udah jalan takdir aku,kamu harus jaga diri kamu baik-baik,jaga kesehatan kamu ya Ken. Sebelum aku pergi aku udah nyiapin kado untuk kamu,,,,,maafin segala kesalahan aku…..kamu harus tahu kalo aku bahagia kalo kamu bahagia,,,,,,,,,,,,,,,,,”, kata Gea meneteskan air mata dan beberapa detik ia telah menutup mata.
“GEAAAAAAAAAAAA………….”,teriak seisi ruangan itu.
Gea telah kembali kepada-Nya. Hal itu menyisakan sedih yang mendalam bagi keluarga,dan kami sahabat-sahabat Gea. Khususnya sedih yang amat dalam yang aku rasakan,karena aku belum sempat menolong Gea. Bayangan Gea masih terbayang saat kukenang kisah-kisah indah yang kulalui bersamanya. Kisah manis yang tak akan pernah kulupakan.

Beberapa hari berselang setelah meninggalnya Gea, Aji menemuiku. Ia mengatakan bahwa selama ini ia menjauhiku untuk melihat seberapa kuatkah hati kami jika tak bertemu dan itu telah terbukti hubungan kami masih baik-baik saja. Bukan cuma itu ia juga akan menjawab pertanyaan yang aku ajukan dulu, mengenai sosok yang mengurus semua urusan pernikahan kami. Ia mengatakan bahwa sosok itu ialah mendiang Gea. Gea adalah sosok yang telah mengurus semua urusan pernikahan Keny dan Aji. Hal itu sebagai kado terindah yang ingin diberikan kepada Keny sahabatnya dan sekaligus kado terakhir. Aku tak mampu membendung air mataku, Aji pun mengajakku ke tempat akad nikah kami nanti, yang akan diselenggarakan minggu depan. Betapa terkejutnya aku melihat apa yang selama ini Gea buat untukku.Kutak dapat menahan derai air mata melihat betapa indahnya kado terakhir yang diberikan sahabatku itu.

Hari pernikahan aku dan Aji pun telah tiba, pagi ini kami akan melaksanakan akad nikah. Aku mengenakan kebaya pilihan Gea, sungguh indah. Betapa berat rasanya aku menahan air mataku, karena hari ini kuputuskan untuk menahan derai air mata. Karena Gea berkata padaku bahwa jika aku bahagia ia juga akan bahagia. Kumelangkah ke tempat akad nikah,kududuk di samping Aji. Beberapa saat kemudian, Aji telah menjadi suamiku, dan aku telah menjadi istri Aji. Saat kumenatap wajah sahabat-sahabatku,nampak sosok Gea memakai kebaya cantik dan tersenyum kepadaku.

PROFIL PENULIS
Dian Kusumawati, 16 tahun,Pelajar di SMAN 1 Barru, Dian Dhean Kusumawati

Labels: